Bahaya Islam Liberal, Pemurtadan Berlabel Islam[1]
Oleh: Hartono Ahmad Jaiz
Islam Liberal adalah kemasan baru dari kelompok lama yang orang-orangnya dikenal nyeleneh. Kelompok nyeleneh
itu setelah berhasil memposisikan orang-orangnya dalam jajaran yang
mereka sebut pembaharu atau modernis, kemudian melangkah lagi dengan
kemasan barunya, Islam liberal.
Salah satu dari sekian banyak kelompok liberal di Indonesia ada yang menamakan diri JIL –Jaringan Islam Liberal.
Sebagai
gambaran betapa banyaknya lembaga Islam liberal, ada 44 lembaga yang
pernah didanai lembaga kafir Amerika, TAF -The Asia Foundation. (Lihat
buku Hartono Ahmad Jaiz, Jejak Tokoh Islam dalam Kristenisasi,
Darul Falah, Jakarta, 2004). Kemudian di antara pentolan-pentolannya ada
yang menghalalkan homosex seperti Musdah Mulia, dan membela aliran
sesat Ahmadiyah seperti Azyumardi Azra, namun justru mereka ini kemudian
dimasukkan dalam buku 500 Tokoh Islam yang Berpengaruh di Dunia, terbitan Amman Yordan. (Lihat http://nahimunkar.com/18626/buku-500-muslim-berpengaruh-di-dunia-dari-penghalal-homosex-sampai-pentolan-aliran-sesat/).
Kalau
boleh diibaratkan secara gampangnya, lembaga-lembaga liberal seperti
JIL, Paramadina dan semacamnya itu adalah semacam pedagang kaki lima
atau kios-kios kecil yang jualan Islam liberal. Sedang perguruan tinggi
Islam negeri se-Indonesia di bawah Depag, kini Kemenag (Kementerian
Agama) itu telah difungsikan ibarat toko-toko resmi untuk jualan Islam
liberal alias pemurtadan. Itu setelah mereka “kulakan faham kekafiran”
dengan cara intensif menyekolahkan dosen-dosen IAIN se-Indonesia ke
perguruan tinggi kafir di negeri-negeri Barat, Amerika, Eropa, Australia
dan sebagainya. Mereka belajar atas nama studi Islam tapi ke
negeri-negeri kafir.
Kemudian
hasil “kulakan faham kekafiran” itu dijual di toko-toko resmi yang
ujudnya IAIN, UIN, STAIN dan semacamnya yakni perguruan tinggi Islam
se-Indonesia. Karena jualannya sudah berganti dengan “faham kekafiran
hasil kulakan dari negeri-negeri kafir”, maka untuk memuluskannya,
diubahlah kurikulum IAIN se-Indonesia oleh Harun Nasution, dari
kulrikulum Ahlus Sunnah diganti jadi kurikulum Mu’tazilah (aliran sesat)
yang dia sebut rasionalis. Itu untuk mengubah dari metode memahami
Islam pakai metode yang sehrusnya yakni ilmu Islam itu sendiri, diganti
dengan memahami Islam pakai sosiologi agama ala Barat, yang memandang
agama hanya sekadar fenomena social.
Memang
Harun Nasution kulakan sosiologi ala Barat itu dari Universitas Amerika
di Kairo lulus BA jurusan Sosiologi tahun 1952. Kemudian kulakan ilmu
lainnya dari negeri kafir pula di McGill University di Kanada. (Dia bisa
ke sana karena dimasukkan oleh Prof HM Rasjidi, namun belakangan beliau
sangat menyesali setelah kelakuan Harun Nasution bukan membela Islam
tetapi malah sebaliknya itu).
Ada dua
jalur yang ditempuh. Jalur pertama, Depag (kini Kemenag) mengirimkan
secara besar-besaran dosen-dosen IAIN se-Indonesia untuk “kulakan faham
kekafiran atas nama studi Islam” ke negeri-negeri kafir di Barat sejak
1975, dan paling intensip zaman Menteri Agama Munawir Sjadzali dua
periode 1983-1992). Jalur kedua, Harun Nasution (ditugasi?) mengubah
kurikulum dari Ahlus Sunnah diubah jadi Mu’tazilah (aliran sesat).
Sehingga para dosen yang sudah pulang dari “kulakan faham kekafiran dari
Barat” itu tinggal jualan “faham kekafirannya” ke seluruh perguruan
tinggi Islam se-Indonesia di mana mereka bertugas kembali. Hingga timbul
pendapat yang aneh-aneh. Misalnya, kata Nurcholish Madjid: Iblis kelak
masuk surga dan surganya tertinggi, karena tidak mau sujud kepada Adam.
Astaghfirullah…
Iblis itu jelas Allah katakan membangkang dan sombong, dan dia termasuk
orang-orang yang kafir. Mana ada orang kafir masuk surga?!
Juga
pendapat Atho’ Muzhar, bahwa masjidil Aqsha yang di dalam Al-Qur’an
Surat Al-Israa’ itu bukan di Baitul Maqdis Palestina tetapi di baitul
makmur di langit.
Pendapat
itu saya (Hartono Ahmad Jaiz) kemukakan kepada Syaikh Rajab tahun 1993
dalam Konferensi Mujamma’ Fiqh Islam di Brunei Darussalam yang
didampingi Syaikh Khayyath mantan Menteri Agama Yordan. Maka Syaikh
Rajab terheran-heran dan berkata: “Saya kan imam Masjidil Aqsha di
Palestina.”
Demikianlah
di antara kesesatan mereka. Namun atas rekayasa Depag dan Harun
Nasution (dulu Rektor IAIN Jakarta) itu maka mulus lah penjajaan
pluralisme agama alias kemusyrikan baru di perguruan tinggi Islam
se-Indonesia. Maka tidak mengherankan, kemudian muncul reaksi, di
antaranya ada buku yang menyoroti tajam pemurtadan secara lembaga resmi
itu yakni tulisan Hartono Ahmad Jaiz dengan judul Ada Pemurtadan di IAIN
terbit tahun 2005, maksudnya ya perguruan tinggi Islam seluruh
Indonesia. Juga buku Adian Husaini, berjudul Hegemoni… Bahkan kini
Kemenag disinyalir sudah aktif memurtadkan lewat jalur tingkat sekolah
SD, SMP dan SMA dengan memasukkan pendidikan multikulturalisme
(bahayanya sama dengan pluralisme agama atau Islam liberal) pada PAI
(Pendidikan Agama Islam). Yang cukup mencenangkan, pihak Kementerian
Agama (Kemenag) sendiri justru sudah menerbitkan buku mengenai
multikulturalisme ini. Salah satu judul buku Kemenag ini adalah “Panduan Integrasi Nilai Multikultur Dalam Pendidikan Agama Islam Pada SMA dan SMK.” http://nahimunkar.com/17291/multikulturalisme-sama-bahayanya-dengan-pluralisme/
Jadi jangan sampai Ummat Islam kini menganggap bahwa pemurtadan yang dilancarkan Islam liberal sudah sepi. Bukan sepi, tetapi justru sudah masuk secara intensip lewat jalur-jalur resmi yakni perguruan tinggi Islam se-Indonesia. Di samping itu Kemenag juga mengirimkan misionaris-misionaris yang bermuatan sesatnya dan bekerjasama dengan lembaga lainnya. Seperti yang baru-baru ini diterjunkan, 30 Dai “Rahmatan” Kemenag dinilai mengusung faham bahaya: pluralisme agama http://nahimunkar.com/18387/30-dai-rahmatan-kemenag-dinilai-menguasung-faham-bahaya-pluralisme-agama/
Dan itu tidak kurang berbahayanya dibanding pemurtadan yang telah dikenal yakni kristenisasi.[Voa-Islam]
[1] Untuk lebih lengkapnya, silakan baca buku Bahaya Islam Liberal, oleh Hartono Ahmad Jaiz, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2002. Juga buku-buku Hartono Ahmad Jaiz:
1. Aliran dan Paham Sesat di Indonesia.
2. Menangkal Bahaya JIL dan FLA.
3. Ada Pemurtadan di IAIN.
4. Bunga Rampai Penyimpangan Agama.
5. Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat.
6. Lingkar Pembodohan dan Penyesatan Umat, Pustaka Nahi Munkar.