Oleh karena
itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.(QS Al-Maidah [5] : 32)
Karena
perbedaan paham dan tidak ingin paham yang ada berkurang para
peminatnya,mereka saling membantai demi sebuah ego yang berkedok
bidat/sesat tanpa pernah berpikir,bahwa apa yang mereka lakukan adalah
nyawa taruhannya. mari kita simak,pembantaian antara kristen tersebut:
1. Penindasan terhadap Arius, tokoh aliran Unitarian.
Pada
tahun 325 Masehi, Kaisar Romawi, Konstantin mengadakan kongres yang
dikenal dengan Konsili Nicea yang dihadiri oleh 2.048 utusan dari
berbagai negeri untuk menetapkan konsep ketuhanan dan Injil yang
dianggap sah, karena terjadi pertentangan antara aliran Unitarian dengan
Trinitarian. Aliran Unitarian berpandangan bahwa Tuhan itu satu -sama
seperti ajaran seluruh nabi-nabi Yahudi seperti nabi Musa, Ibrahim, Daud
dll- melawan aliran Trinitarian yang berpandangan bahwa Tuhan itu satu
tapi terdiri dari tiga oknum Tuhan (three in one).
Dogma
Trinitarian ini diciptakan oleh Paulus dan jelas bertentangan dengan
ajaran seluruh nabi-nabi Yahudi selama ribuan tahun. Salah satu tokoh
Trinitarian yang paling terkenal adalah Athanasius. Sedangkan tokoh
aliran Unitarian adalah Arius, seorang ketua majelis agama/gereja
digereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan terpenting
dikota itu pada tahun 318 M. Logika Arius adalah: “Jika Yesus itu
benar-benar anak Tuhan, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh karena
itu harus ada “masa” sebelum adanya anak. Berarti anak adalah makhluk.
Maka dari itu anak tidak selamanya ada atau tidak abadi.
Sedangkan
Tuhan yang sebenarnya adalah abadi, berarti Yesus tidaklah sama dengan
Tuhan.” Beliau juga mengatakan: “Ada masa sebelum adanya Yesus,
sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Yesus ada kemudian, dan Yesus
hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya.
Tetapi Tuhan tidak akan binasa.” Namun karena konsili berpihak kepada
kelompok Trinitarian, maka para tokoh Unitarian pun dibungkam
pendapatnya dan kemudian disisihkan. Seperti Arius ini walaupun
pendapatnya benar namun karena dianggap sesat oleh Gereja, maka beliau
akhirnya dikucilkan oleh Gereja sampai akhir hayatnya.
Dan
karena pihak Trinitarian telah menjadi pemenang dalam Konsili tersebut,
maka Injil-injil yang menurut kalangan Trinitarian mendukung ketuhanan
Yesus pun kemudian dikumpulkan -termasuk surat-surat Paulus yang
dikirimkan kepada teman-temannya- oleh mereka, tidak lupa secara licik
diselundupkan beberapa ayat baru (PALSU) seperti misalnya tiga kasus
penyusupan ini: Setelah itu kemudian ayat-ayat “gado-gado” itu
digabungkan dan kemudian dijilid menjadi satu dalam buku/kitab yang
kemudian kita kenal dengan nama Perjanjian Baru (The New Testament), dan
Kitab tersebut kemudian dijadikan sebagai Kitab Suci umat Kristen
(baca: Trinitarian). Sedangkan puluhan-puluhan Injil lainnya tidak
diakui, seperti Injil Barnabas dll. Arius sangat menentang keras
keputusan Nicea pada tahun 325 M.
Sebelum
matinya, Arius sempat mengeluhkan mengenai keadaan dirinya yang
senantiasa mendapatkan tantangan dari orang-orang gereja Paulus. Hal itu
dikatakannya kepada salah seorang sahabatnya bernama Eusibius dari
Nicomedia yang merupakan salah seorang sahabatnya ketika sama-sama
belajar dengan Lucian. Setelah itu semakin lama aksi kekerasan terhadap
siapapun yang tidak sefaham dengan dogma Trinitarian semakin kasar dan
kejam.
2. Tahun 395. Kaisar Theodosius membentuk institusi gereja Kristen yang dikenal dengan Inkuisisi (Inquisition).
Inkuisisi
adalah institusi hukum kepausan yang dibentuk untuk memberantas kaum
heretic, kekuatan magic dan kekuatan yang dianggap berbahaya. Inkuisisi
memiliki kekuasaan yang tak terbatas. Siapapun yang dianggap berbahaya
ditangkap dan dijatuhi hukuman dari yang ringan sampai yang berat
seperti digantung, dibakar hidup-hidup, dibunuh pelan-pelan, giginya
dicabut satu persatu, kulitnya dikelupas, dst.
3.
Tahun 431, Konsili Ekumenikal Efesus. Konsili ini mengutuk
Nestorianisme, ajaran kristen yang menyangkal persatuan sifat keAllahan
dan kemanusiaan dalam Kristus.
Konsili
ini mendefinisikan gelar Maria sebagai Theotokos (Pembawa Allah), juga
gelar Bunda Putera Allah yang menjadi Manusia, dan mengutuk
Pelagianisme. Ajaran Kristen Pelagianisme, bermula dari asumsi bahwa
Adam memiliki hak alami terhadap hidup supernatural, berpegang bahwa
manusia bisa mendapatkan penyelamatan lewat usaha-usaha dari kekuatannya
yang alami dan kehendak bebas. Ajaran ini meliputi menentang terhadap
pemahaman dosa asal, makna dari rahmat dan hal-hal lainnya. Variasi
ajaran Kristen Pelagianisme lainnya juga dikutuk oleh sebuah konsili di
Orange pada tahun 529. Dalam konsili ini pula diputuskan untuk memburu
semua pengikut Kristen Pelagianisme untuk dimusnahkan.
4. Tahun 1142. Gereja membakar hidup-hidup Abelard, seorang filosof dan tokoh Kristen di Prancis.
5. Tahun 1215. Kekuasaan absolut Paus di dalam Katolik Eropa pada abad ke 12 dan ke 13 menimbulkan reaksi yang tak terduga.
Pada
saat itu, muncul beberapa gerakan menyimpang pembawa doktrin baru yang
dikecam oleh Paus. Keresahan Paus dan kelompok Katolik menjadi
sedemikian besar terhadap gerakan penyimpangan ini, sehingga pada tahun
1215 masehi, Paus membentuk Lembaga Inkuisisi untuk memerangi dan
memberantas penyimpangan tersebut. Lembaga ini mempunyai cabang di
setiap kota di Prancis, Italia, Jerman, Polandia, Spanyol dan
negeri-negeri Kristen yang lain. Orang yang dituduh melakukan
penyimpangan akan berhadapan dengan para penyelidik. Jika didapati
bersalah, ia akan menerima hukuman yang berat. Lembaga ini memiliki
kekuasaan yang besar, sampai-sampai menekan segala bentuk kebebasan
berfikir.
Siapapun
yang dicurigai memiliki ide dan pandangan yang bertentangan dengan
pandangan gereja akan disiksa dengan keras. Malah lembaga ini adakalanya
mengeluarkan hukum vonis sesat pada mereka yang sudah mati, dan
memerintahkan supaya kerandanya dikeluarkan dari kuburan. Proses ini
dijelaskan oleh Will Durant dalam bukunya History of Civilisation vol 18
halaman 35 sebagai berikut: “Mahkamah Inspeksi Ide, Hukum, dan Agama
memiliki tatacara legalnya sendiri. Sebelum mahkamah lokal didirikan,
akta-iman akan dibacakan di seluruh mimbar gereja. Akta ini menuntut
informasi tentang orang-orang yang dicurigai berpaham atheis, tidak
beragama, atau sesat.
Orang-orang
tersebut akan diseret ke muka pengadilan. Tetangga, rekan, dan sahabat
diminta untuk menjadi informan. Informan diberi jaminan untuk
dirahasiakan dan dilindungi. Siapa saja yang dianggap sebagai atheis,
atau gagal untuk membuktikan bahwa dirinya bukan atheis, akan
dipenjarakan dan diancam dengan penyingkiran, kecaman, dan berbagai
larangan. Adakalanya yang sudah mati divonis sebagai atheis dan
memperolok-olok Tuhan.
Upacara
khusus dijalankan untuk menunjukkan hukuman yang dikenakan kepada
mereka. Harta mereka dirampas. Ahli waris yang seharusnya mewarisi harta
mereka disingkirkan dari hak waris. 30 hingga 50 persen harta orang
mati yang divonis tadi, diberikan kepada yang mendakwa. Bentuk hukuman
juga berlainan mengikuti tempat dan waktu yang berbeda-beda. Di satu
tempat, si terdakwa digantung dengan tangan diikat pada bagian
belakangnya. Di tempat lain terdakwa diikat sedemikian rupa sehingga
tidak bisa bergerak, dan air dikucurkan ke dalam tenggorakannya sampai
mati lemas. Ada pula yang diikat dengan tali sedemikian keras pada
bagian lengan dan kaki sehingga ikatan itu melukai tulangnya.”
6. Tahun 1415 di Spanyol 31.000 orang yang menentang gereja dibakar.
7. Tahun 1416. Gereja juga membakar John Hus dan Jerome sampai mati di Bohemia.
8. Pada awal abad ke 16, lembaga ketiga dibentuk di Eropa, yang dimulai oleh Marthin Luther dengan nama Protestan.
Luther
yang berasal dari Jerman dan pengikutnya menentang sikap Paus yang
menjual tempat di surga dengan meringankan hukuman atas dosa yang
dilakukan. Marthin Luther, seorang reformis dalam agama kristen,
terlahir ke dunia di Eisleben, Jerman pada tanggal 13 Mei tahun 1483.
Luther menuntut ilmu di Universitas Erfurt dan kemudian bekerja sebagai
pengajar teologi. Martin Luther kemudian melakukan penelitian dan dia
mengemukakan banyak pendapat yang berbeda dengan pandangan umum gereja
Katolik saat itu. Sejak tahun 1517, Martin Luther menyampaikan
kritikannya secara terang-terangan sehingga akhirnya terpaksa
bersembunyi karena dikejar-kejar pihak gereja untuk dibunuh. Selama
dalam persembunyian itu, Martin Luther menulis terjemahan Injil ke dalam
bahasa Jerman, sesuatu yang dilarang keras oleh gereja Katolik. Ide-Ide
Martin Luther kemudian berkembang menjadi aliran Protestan yang menjadi
sumber dari berbagai perang dan pertarungan politik di Eropa.
Mereka
berusaha untuk memperbaiki seluruh gereja dan membersihkannya dari
kekeliruan dan korupsi. Usaha mereka malah menambah perpecahan dalam
tubuh agama Kristen. Pengikut Luther yang berjumlah sangat besar,
termasuk sebagian besar Eropa Utara menolak kekuasaan Paus dan
mendirikan kelompok Kristen Ketiga. Kelompok Kristen bentukan Marthin
Luther ini adalah aliran yang sekarang kita kenal dengan nama Kristen
Protestan. Alkitab yang mereka gunakan adalah hasil “njiplak” begitu
saja tanpa malu-malu Alkitab milik Gereja Katolik, namun Marthin Luther
membuang dengan seenak udelnya tujuh kitab dalam Perjanjian Lama,
sehingga Alkitab Protestan hanya berjumlah 66 kitab, sedangkan Katolik
73 kitab. Jadi Alkitab Protestan lebih tipis tujuh kitab dari Katolik.
Kitab-kitab yang telah dibuang oleh Marthin Luther sehingga kini tidak
terdapat dalam Alkitabnya Protestan adalah Kitab Tobit, Yudit,
Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh, Barukh, 1 Makabe dan 2 Makabe.
9.
Tahun 1553. Kala Protestan berkuasa di Jenewa, Swiss, hal
bakar-membakar manusia yang padahal tak lain adalah citra-Nya sendiri
itu masih juga berlangsung.
Seperti
di sebuah hari di musim gugur pada tahun 1553. Korbannya adalah Michael
Servetus, seorang ahli agama asal Spanyol. Ia dihukum mati di bukit
Champel, di selatan Kota Jenewa. Ia diikat ke sebuah tiang, dan dibakar
pelan-pelan. Ia tewas kesakitan dengan tubuh menghangus. Ia dibakar
hidup-hidup karena dianggap sesat oleh pemerintah Kota Jenewa. Yang
memilukan, saat itu Kota Jenewa dipimpin oleh seorang yang sangat
terkenal sebagai tokoh reformasi, yang tak lain adalah John Calvin. Apa
salahnya Michael Servetus sehingga harus dibunuh secara bengis begitu?
Tak lain dan tak bukan adalah ia hanya menulis buku, ia menulis surat,
ia berpendapat.
Tetapi
ia punya kesimpulannya sendiri tentang Tuhan, dan sebab itu mengusik
para penjaga iman Protestan di Jenewa, kota yang telah jadi sebuah
teokrasi yang lebih keras ketimbang Roma. Adalah Jean Calvin sendiri
yang menyeret Servetus ke dalam api. Pelopor dahsyat dari Protestanisme
itulah yang memimpin Jenewa ke suatu masa ketika iman sama artinya
dengan ketidaksabaran.
Servetus
sebenarnya hanya salah satu suara yang mengguncang, di zaman ketika
doktrin retak-retak seperti katedral tua yang digoncang gempa. Ia lahir
di Villanueva, Spanyol, mungkin di tahun 1511. Ia bermula belajar ilmu
hukum di Toulouse, Prancis. Di sini ia menemukan injil, yang ia baca
“seribu kali” dengan haru. Tapi kabarnya ia juga membaca Qur’an dan
terpengaruh oleh Yudaisme, dan sebab itu sangat meragukan doktrin
Trinitas. Marthin Luther menjulukinya “Si Arab”. Di tahun 1531 ia
menerbitkan bukunya, De Trinitatis erroribus libri vii (Kesalahan
Trinitas).
Konon
ia mengemukakan bahwa inilah arti Yesus sebagai “Putra Allah”, yaitu
“Tuhan Bapa mengembuskan Logos ke dalam dirinya, tapi Sang Putra tak
setara dengan Sang Bapa”. Seperti dikutip oleh Will Drant dalam jilid
ke-6 The Story of Civilization, bagi Servetus, Yesus “dikirim oleh Sang
Bapa dengan cara yang tak berbeda seperti salah seorang Nabi”. E.M.
Wilbur dalam bukunya “History of Unitarianism” mengemukakan pendapat
Michael Servetus itu dalam karangannya berjudul “The Error of Trinity”
yang terlarang itu antara lain sebagai berikut: “Servetus confesses that
in his book he called believers in Trinity trinitarians and atheists.
He declared our evangelical religion to be without faith and without
God, and that in place of God we have a threeheaded Cerberus” (Servetus
mengakui bahwa di dalam bukunya ia menyebut para penganut Trinitas
adalah Trinitarians dan Atheist. Ia menyatakan bahwa agama kita yang
berdasar Injil itu adalah tanpa iman dan tanpa Tuhan, kita menempatkan
di tempat Tuhan itu Cerberus Dewa Pengawal yang berkepala Tiga).
Servetus
menulis bukunya itu ketika ia berusia 20-an tahun, dengan bahasa Latin
yang masih kaku, buku itu cukup membuat amarah para imam Katolik dan
pemimpin Protestan sekaligus, di tengah suhu panas (dan berdarah) yang
menguasai mereka. Di tahun 1532, Servetus pun buru-buru pindah ke
Prancis. Tapi di sana ia dihadang. Badan Inkuisisi Gereja Katolik -yang
bertugas mengusut lurus atau tidaknya iman seseorang, dengan cara
menginterogasinya dan kalau perlu menyiksanya- mengeluarkan surat
perintah penangkapan. Servetus lari lagi sampai Wina, Austria dengan
nama samaran Michel de Villeneuve. Selama itu ia berhasil menguasai ilmu
kedokteran, tetapi ia toh selalu ingin mengemukakan pendapatnya tentang
agama. Di tahun 1546 ia menyelesaikan Christianismi Restitutio, dan
mengirim naskahnya ke Calvin. Mungkin ia ingin menunjukkan oposisinya
terhadap tafsir Calvin atas injil. Bagi Servetus, Tuhan tak menakdirkan
sukma manusia ke neraka.
Baginya,
Tuhan tak menghukum orang yang tak menghukum dirinya sendiri. Iman itu
baik, tetapi Cinta Kasih lebih baik. Calvin, yang memandang Tuhan
seperti yang tergambar dalam Perjanjian Lama -angker dan penghukum- tak
melayani Servetus. Ia hanya mengirimkan karyanya, Christianae religionis
institutio. Servetus pun mengembalikannya -dengan disertai catatan yang
penuh hinaan, disusul dengan serangkaian surat yang mencemooh- “Bagimu
manusia adalah kopor yang tak bergerak, dan Tuhan hanya sebuah gagasan
ganjil dari kemauan yang diperbudak”. Calvin tak bisa memaafkan cercaan
ini. Calvin pula, lewat orang lain, yang memberitahu padri inkuisitor di
Prancis tentang tempat bersembunyi Servetus. Kerja sama
Protestan-Katolik yang tak lazim ini yang akhirnya membuat Servetus
tertangkap di Wina. Ia memang berhasil melarikan diri. Tapi nasibnya
sudah diputuskan: pengadilan sipil Wina, dengan napas Gereja Katolik,
memvonisnya dengan hukuman bakar bila tertangkap. Anehnya ia lari ke
Jenewa, tempat Calvin berkuasa.
Mungkin
Servetus berpikir bahwa orang protestan, yang di Prancis dianiaya
karena berbeda keyakinan, akan lebih toleran di kota itu. Tapi ternyata
tidak. Mereka membakarnya. Calvin kemudian membela kekejaman di bukit
Champel itu dengan sebuah argumen yang kita kenal: Aku beriman kepada
Kitab Suci, maka akulah yang tahu kebenaran itu. Yang tak sama dengan
aku adalah musuh ajaran, musuh Tuhan, harus ditiadakan. Argumen dengan
api itu masih bisa kita dengar kini, dalam pelbagai versinya, dalam
pelbagai agama, meskipun di tahun 1903, seperti sebuah sesal, sebuah
monumen untuk Servetus dibangun di bukit Champel. Salah satu donaturnya:
gereja Protestan yang dulu dipimpin Calvin. Tampaknya manusia sudah
lebih sadar tentang kerumitannya sendiri, sedikit.
10. Tahun 1556. Pada 7 Juli 1556, 8 pastor dan 12 guru Jesuit memasuki Ingoistadt, Jerman.
Dimulailah
era baru bagi Bavaria. Konsepsi Katolik Roma mengatur arah politik para
pangeran dan tingkah laku para bangsawan Bavaria. Tetapi konsepsi itu
hanya menjangkau kalangan atas saja, tidak rakyat biasa. Walaupun
demikian disiplin besi yang diterapkan oleh negara dan gereja membuat
masyarakat Bavaria menjadi umat Katolik yang setia, patuh, fanatik dan
tidak toleran terhadap para “heresy” (pembangkang agama). Mayrhofer of
Ingoistadt, seorang Jesuit, mengajarkan bahwa orang-orang Jesuit
(anggota Ordo Jesuit) tidak akan dihakimi jika kami memerintahkan untuk
membunuh kaum Protestan, lain halnya kalau kami diminta menjatuhkan
hukuman mati untuk para pencuri, pembunuh, penghianat dan para pelaku
revolusi. Pada tahun 1563, sesaat setelah para pastor Jesuit tiba di
Bavaria (Jerman), kelakuan Albert V terhadap kaum Protestan dan semua
yang simpatik terhadap Protestan semakin kejam dan menjadi-jadi. Sejak
tahun 1563, tanpa belas kasihan dia memusnahkan semua orang-orang yang
tidak patuh dan juga para penganut Anabaptis, mereka ditenggelamkan,
dibakar, dipenjarakan dan dirantai. Semua tindakan Albert V itu
disetujui oleh Jesuit Agricola. Pada tahun 1571, Archduke (bangsawan
agung) Charles of Styrie, putra terakhir Ferdinand menikah dengan
seorang putri bangsawan Bavaria tahun 1571. Dibawah pengaruh putri ini,
Charles bekerja keras memusnahkan para heresi, orang-orang yang tidak
sejalan dengan Katolik dari kerajaannya.
11.
Tahun 1561. Berdasarkan sebuah laporan dari Jesuit, Emmanuel Phillibert
of Savoy melakukan penghakiman berdarah terhadap para Heresi
(orang-orang yang tidak sejalan dengan faham Katolik Roma) tahun 1561.
Hal
yang sama terjadi di Calabria, Casal di San Sisto dan Guardia Fiscale.
Jesuit sangat berkuasa di Parma dan Napoli, Italia selama abad ke-16 dan
ke-17. Tetapi di Venice, dimana mereka sebelumnya diterima dengan
segala kemurahan hati, kemudian dipaksa keluar dari kota tersebut pada
14 Mei 1606. Mereka kembali lagi tahun 1656, tetapi pengaruh mereka di
Republik Venice tersebut tidak ada lagi.
12.
Akhir tahun 1586, para penganut Anabaptis dari Movaria berhasil
menyembunyikan 600 korban yang selamat dari penyiksaan Duke Guillaume.
Ini
satu contoh yang membuktikan bahwa beribu-ribu dan bukan beratus-ratus
yang dimusnahkan oleh Ordo Jesuit. Benar-benar kekejaman yang mengerikan
yang menimpa negara berpopulasi rendah ini. Secara perlahan, semua
pengajaran di Bavaria diserahkan kepada Jesuit dan bumi Bavaria menjadi
pusat penetrasi Jesuit ke Jerman bagian barat, timur dan selatan.
13.
Tahun 1579. Penindasan Gereja terhadap Francis David. Francis David
(1510-1579) semula menganut Protestan yang sangat brilyan dan ketika
Luther dan Calvin pecah, David mengikuti Calvin.
Pada
tahun 1566 ia menghasilkan pengakuan keimanan (Confession of Faith)
yang mencengangkan. Di antara isinya: “Bentuk Kebaktian yang
bagaimanapun sederhananya tidak boleh ditujukan kepada Kristus tetapi
kepada Allah Tuhan Bapa”. (The Forms of simple prayers are directed not
to Christ, but to the Father). “Kristus, Guru Kebenaran mengajarkan,
bahwa tiada siapapun tempat mohon pertolongan terkecuali hanya Allah
Tuhan di surga”. (Christ, the Teacher of Truth taught no one is to be
invoked beside the Heavenly Father). Francis David tidak melakukan
kesalahan apa-apa, apa yang dilakukannya hanyalah mengatakan apa yang
tertulis dalam Alkitab apa adanya. Dia hanya mencoba untuk berlaku
jujur. Tetapi Francis David karena pernyataannya itu dihukum seumur
hidup dan mati dipenjara pada tahun 1579. Setelah David mati ditemukan
sajak yang ditinggalkannya di penjara yang kemudian tersebar berbunyi:
“Dua puluh tahun dengan jujur Aku melayani negaraku Dan terhadap
pangeran Kesetiaanku dapat dibuktikan Apakah anda pertanyakan kejahatan
Yang dituduhkan tanah air padaku? Cuma disebabkan keyakinanku Allah itu
Esa bukan tiga Yang aku sembah Walaupun petir, salib dan pedang Paus
Serta maut tampil di depan mata Bahkan kekuasaan apapun Tidak akan mampu
mencegah Perkembangan kebenaran Apa yang aku rasakan Dan aku tuliskan
Dengan ikhlas hati Aku Bicara Sesudah kematianku Dogma kepalsuan akan
ambruk”
14.
Tahun 1600. Seorang pakar astronomi yang sepemahaman dengan Copernicus,
yakni Bruno Giordano, mengalami nasib yang lebih tragis.
Ia
dijatuhi fatwa mati oleh pihak gereja karena dianggap ajarannya melawan
kebenaran isi Alkitab. Karena Giordano masih kepingin hidup lebih lama,
mengetahui nyawanya terancam oleh fatwa mati ia segera kabur
menyelamatkan diri. Perjuangannya ternyata menuai kegagalan. Tahun 1600
ia berhasil ditangkap oleh pihak berwajib di Compo de Fiori, Italia dan
dijatuhi hukuman mati, yakni dengan cara dibakar hidup-hidup! 16. Tahun
1613. Kasus yang menimpa Galileo Galilei. Penganut kristiani saleh yang
lahir 15 Februari 1564 ini, pada tahun 1613 menerbitkan sebuah karya
berjudul “Sejarah dan Konsep-konsep tentang Noda Matahari Beserta
Fenomenanya”, yakni sebuah ulasan yang menunjukkan dukungan pada teori
Copernicus.
15.Pada
tanggal 22 Juni tahun 1633, Galileo Galilei, astronom, matematikawan,
dan fisikawan Italia abad ke-17, diajukan ke pengadilan gereja karena
pemikirannya dianggap bertentangan dengan kebijakan gereja.
Pada
zaman itu, gereja meyakini bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan
planet-planet lain berputar mengelilingi bumi. Pada tahun 1632, Galileo
menulis sebuah buku yang menolak pandangan ilmuwan bernama Bartholomeus
berkenaan dengan sistem tata surya. Dalam buku itu, Galileo mengemukakan
hasil penelitiannya, bahwa mataharilah pusat tata surya dan bumi serta
planet-planet lainnya berputar mngelilingi matahari. Tahun 1633, gereja
menuduh teori “Matahari Centris” sebagai ajaran sesat dan melarang
Galileo yang penemu thermometer ini untuk memberi ceramah. Tahun 1633,
“Bapak Sains Masa Kini” ini dibawa ke Roma, dihadapkan ke Pengadilan
Gereja dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Gereja kemudian menjatuhkan
vonis kafir kepada Galileo dan mengancamnya dengan hukuman mati.
Demi
menghindari hukuman mati, Galileo menyatakan menarik pandangannya itu,
namun ketika keluar dari pengadilan, dia mengatakan, “Meskipun demikian,
bumi tetaplah berputar.” Galileo meninggal tahun 1642 dan statusnya
sebagai tahanan rumah dibawanya sampai mati. Ironis, akhirnya kemudian
terbukti pendapat Galileo Galilei bahwa bumi yang mengelilingi matahari
adalah benar, sedangkan pendapat Alkitab bahwa mataharilah yang
mengelilingi bumi adalah salah.
16. Gereja memenjarakan Christopher Columbus yang menemukan benua tanpa memberitahu Saint Paul. Gereja
memvonis setiap penemuan hukum alam, evolusi dunia, ataupun benua yang
sebelumnya tidak diramalkan oleh kitab suci, sebagai sebuah pelanggaran
moral.
17. Gereja menyingkirkan Pascal dan Montey karena dianggap tidak bermoral, dan Muller dengan tuduhan pencabulan.
18. Tahun 1619. Wabah fatwa mati ternyata tak hanya menimpa Giordano, tapi juga Lucilio Vanini. Ilmuwan
yang sealiran dengan Copernicus ini ditangkap di Kota Toulouse pada
tahun 1619 karena dianggap menghina Tuhan. Ia menerima hukuman dari
gereja yang begitu kejam, yakni dipotong lidahnya dan dibakar
hidup-hidup!
19.
Tahun 1741. Thomas Emlyn (1663-1741) lahir di Dublin Irlandia dan
lulusan Cambridge University telah mengarang buku berjudul: “An Humble
Inquiry Into The Scripture Account Of Jesus Christ”.
Dalam
buku itu Emlyn telah menafsirkan Bible mengenai Yesus Kristus dengan
menempatkannya dalam kedudukan sebagai Mediator (perantara) di antara
manusia dengan Tuhan. Lalu secara halus Emlyn memisahkan Yesus itu dari
Kedudukan Tuhan, dan akhirnya menghapuskan ide tentang Trinitas. Karena
pendapatnya itu Emlyn dipenjarakan. Beliau dituduh: “menulis dan
menerbitkan suatu Bible bersifat hina dengan skandal dan mengumumkan
bahwa Yesus Kristus bukan Tuhan Maha Agung”. (He is writing and
publishing an infamous and scandalous bible declaring that Jesus Christ
is not the Supreme God). Tetapi banyak pengagum Emlyn kemudian
menyebutnya sebagai: “The Galaxy of Saints” (Bimasaktinya para Santo)
demikian kata A.Wallace dalam bukunya yang berjudul: “Anti Trinitarian
Biographies”.
Oleh : Edward Gustaf