Ponpes As-Salam Kutai Barat pada Ahad (10/2) lalu menikahkan sekitar 130
pasang mualaf dari suku dayak. Menaungi para mualaf dan memberikan
kondisi yang baik, menjadi manfaat acara tersebut.
Ustadz Fadlan Garamatan yang ikut diundang dalam acara tersebut menanggapi program tersebut dengan positif. Ustadz asal Papua ini memang selalu memperhatikan kondisi muallaf di Indonesia.
"Ini kerja sama karena berkaitan dengan perkembangan muallaf. Karakter Dayak mirip Irian, kita ingin menciptakan kondisi yang baik. Nikah massal banyk memberi manfaat karena itu kan mereka orang tidak punya," ujarnya saat dihubungi Republika Online.
Menurutnya, mualaf Dayak memiliki potensi yang besar. Namun sayangnya, mereka belum mendapat perhatian serius. "Banyak, tapi kita kurang mengurus. Jangankan di Dayak, di Jakarta saja kita tidak pernah mengurus," tuturnya.
Perhatian kepada mualaf, lanjut ustaz, sama halnya seperti kepada yatim piatu. Namun selama ini, zakat, infak, sedekah muslimin terfokus pada yatim piatu saja.
"Mualaf, ketika dia masuk Islam, diasingkan bahkan diancam keluarga, ini lebih dari yatim piatu. Mereka dihina, diusir. Padahal potensi mualaf di Indonesia itu banyak, apalagi muallaf biasanya lebih menguasai agama daripada muslimin biasa," ujarnya.
Kedepan, Ustaz Fadlan berencana membuat Himpunan Pembinaan Mualaf Indonesia. Saat ini tengah dirumuskan untuk segera menjalankan tugas menaungi para mualaf.
Bahkan saat ini, menurut ustaz, telah terdapat panti asuhan khusus Mualaf di Cipanas. Para Mualaf tinggal di panti untuk memperkuat keislaman hingga mereka dapat mandiri.(ROL)
Ustadz Fadlan Garamatan yang ikut diundang dalam acara tersebut menanggapi program tersebut dengan positif. Ustadz asal Papua ini memang selalu memperhatikan kondisi muallaf di Indonesia.
"Ini kerja sama karena berkaitan dengan perkembangan muallaf. Karakter Dayak mirip Irian, kita ingin menciptakan kondisi yang baik. Nikah massal banyk memberi manfaat karena itu kan mereka orang tidak punya," ujarnya saat dihubungi Republika Online.
Menurutnya, mualaf Dayak memiliki potensi yang besar. Namun sayangnya, mereka belum mendapat perhatian serius. "Banyak, tapi kita kurang mengurus. Jangankan di Dayak, di Jakarta saja kita tidak pernah mengurus," tuturnya.
Perhatian kepada mualaf, lanjut ustaz, sama halnya seperti kepada yatim piatu. Namun selama ini, zakat, infak, sedekah muslimin terfokus pada yatim piatu saja.
"Mualaf, ketika dia masuk Islam, diasingkan bahkan diancam keluarga, ini lebih dari yatim piatu. Mereka dihina, diusir. Padahal potensi mualaf di Indonesia itu banyak, apalagi muallaf biasanya lebih menguasai agama daripada muslimin biasa," ujarnya.
Kedepan, Ustaz Fadlan berencana membuat Himpunan Pembinaan Mualaf Indonesia. Saat ini tengah dirumuskan untuk segera menjalankan tugas menaungi para mualaf.
Bahkan saat ini, menurut ustaz, telah terdapat panti asuhan khusus Mualaf di Cipanas. Para Mualaf tinggal di panti untuk memperkuat keislaman hingga mereka dapat mandiri.(ROL)