Home » » Radikalisme Muncul Akibat Pemahaman yang Salah

Radikalisme Muncul Akibat Pemahaman yang Salah

Written By Khalifah Muslim on Sabtu, 29 Desember 2012 | 17.47

Pemahaman ayat Al Qur’an secara literal tekstual tanpa melihat konteks asbabun nuzul dapat ‘membahayakan’ jika diimplementasikan.
Pemahaman seperti ini jamak menghasilkan kelompok- kelompok fundamentalis yang menjadi akar teologis radikalisme.

Dalam berpandangan, kelompok muslim ini cenderung berpatokan pada pencarian legalitas syariat, ketimbang analisis realitas serta berdiri pada aksioma- aksioma dari pada kebutuhan riil.

Hal ini terungkap dalam Seminar ‘Membingkai Perbedaan Keberagaman dalam Keindonesiaan’ yang digelar Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Semarang, di gedung PW NU Ungaran, Kamis (27/12).

Sekretaris NU Kabupaten Semarang, H Ahmad Hanik SAg MPd menjelaskan,  Radikalisme bermuara pada aksi kekerasan. Sementara jika dikaji lebih mendalam, Islam sama sekali tak mengajarkan kekerasan.

Terkait radikalisme (khawarij) ini, kata Hanik, sudah ada sejak era sahabat Nabi Muhammad,  Imam Ali bin Abi Thalib, pemimpin ke-empat dalam sistem Khulafau Al- Rasyidin.

Radikalisme dalam beragama ini juga muncul akibat dominannya prasangka. Seseorang tidak dapat menghindari prasangka yang muncul ketika hidup berdampingan dengan seseorang yang memiliki agama dan budaya berbeda.

“Adapun, salah satu faktor yang paling mempengaruhi prasangka adalah opini yang telah terbentuk atau identitas (stereotip) yang telah diberikan oleh kelompok atau masyarakat tertentu,” lanjut Hanik.

Cendekiawan NU, KH Muhammad Yusuf Cudlori dalam kesempatan ini mengatakan, dalam membingkai kerukunan umat antar pemeluk agama, Rasulullah dengan tegas telah memberikan ‘jaminan’ perlindungan bagi umat non muslim.

Menurut Gus Yusuf –panggilan akrab KH Muhammad Yusuf Cudlori--  dalam terminologi Islam, agama lain non Islam dapat dimasukkan dalam golongan kafir dimmi. Rasulullah pernah berkata, ‘man ‘adaa dimmiyan faqad ‘adani”.

“Artinya, ‘siapa saja yang melukai atau menganiaya orang dimmi, itu sama saja telah melukai Rasulullah. Ini menunjukkan Islam itu sangat-sangat toleran kepada umat siapa saja,” tegasnya.

Pun demikian yang ditunjukkan para Walisongo dalam membumikan ajaran- ajaran Islam di tanah Jawa. Para wali sama sekali tak meninggalkan tradisi untuk mewujudkan harmoni dengan nilai- nilai Islam. “Jadinya mereka mampu mengharmoniskan antara tradisi dan syariat,” tegas Gus Yusuf.

Sementara Wakil Bupati Semarang, Ir H Warnadi MM dalam paparannya mengatakan, faktor pemicu disintegrasi bangsa antara lain akibat munculnya solidaritas etnis dan agama yang menjurus pada fanatisme ‘buta’.

Selain itu juga disebabkan ketidakadilan dan kesenjangan pembangunan serta pemerataan kesejahteraan sosial. "Termasuk di dalamnya kelemahan dalam penegakan hukum,” ujarnya.// n owo[ROL]
Share this article :
digitalhuda.com
yufid.com
peluang usaha


 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Islam Respon - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger