Ka'bah
adalah sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang terletak di tengah Masjidil
Haram di Mekah. Bangunan ini adalah monumen suci bagi kaum muslim (umat Islam).
Merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat atau arah patokan untuk
hal hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti salat.
Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat
musim haji dan umrah.
Sejarahwan,
narator dan lainnya memiliki pendapat berbeda tentang siapa yang telah
membangun Kakbah. Beberapa pendapat itu ada yang mengatakan Malaikat, Adam dan
Syits. Dimensi struktur bangunan kakbah lebih kurang berukuran 13,10m tinggi
dengan sisi 11,03m kali 12,62m. Juga disebut dengan nama Baitullah.
Sejarah
perkembangan
Kakbah yang
juga dinamakan Bayt al `Atiq, Rumah Tua) adalah bangunan yang dipugar pada masa
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah
Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Kakbah telah
ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.
Pada masa
Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (sekitar 600 M dan belum diangkat menjadi
Rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir bandang yang
melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala
suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad pada salah
satu sudut Kakbah, namun berkat penyelesaian Muhammad SAW perselisihan itu
berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang
dirugikan.
Pada saat
menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota
Madinah, bangunan Kakbah yang semula rumah ibadah agama monotheisme (Tauhid)
ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil pemujaan bangsa Arab yang di
dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala/patung yang merupakan perwujudan
tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran
(jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang
bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi,
Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan
dengan benda atau makhluk apapun jua dan tidak memiliki perantara untuk
menyembahNya serta tunggal tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan
tidak diperanakkan (Surah Al-Ikhlas dalam Al-Qur'an).
Kakbah
akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme ketika Nabi Muhammad
membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah
ibadah agama Tauhid (Islam).
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh
Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci kakbah dan administrasi serta pelayanan
haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti
Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni
pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci,
Mekkah dan Madinah.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur.(Qs Ibrahim [14] : 37)
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".(Qs
Al-Ikhlas Surat ke 112)