Khilafah pasti akan tegak ,
Raih , ,
‘HIDUP SEJAHTERA DI BAWAH NAUNGAN KHILAFAH’?
Dakwah seperti apakah yang dilakukan Rasulullah Saw. pada fase-fase
awal selama tiga belas tahun di Makkah (fase Makkiyah)? Pertanyaan ini
perlu dijawab agar para da’i pewaris manhaj kenabian mengerti apa yang
semestinya dia lakukan pada langkah-langkah pertama dari aktivitas
dakwahnya.
Rasulullah Saw. berdakwah bukan karena inisiatif
diri beliau pribadi. Substansi yang beliau serukan juga bukanlah paham
hasil pemikirannya pribadi. Beliau berdakwah semata-mata karena perintah
Allah, dan apa yang beliau dakwahkan selaras dengan ayat-ayat Al-Qur’an
yang turun pada fase Makkiyah ini..
Al-Qur’an yang turun pada
fase Makkiyah ini datang untuk menjelaskan kepada manusia rahasia
kehidupannya serta kehidupan alam semesta sekitarnya. Al-Qur’an
menjelaskan kepada manusia siapakah dirinya, dari mana dan untuk apa ia
ada? Menuju ke mana kah ia dalam kehidupan ini? Siapa yang membuatnya
ada dari ketidak adaan? Dan siapa kelak yang membuatnya tidak ada
(mati)? Dan apa yang terjadi setelah itu ?
Al-Qur’an juga
menjelaskan kepada manusia tentang hakekat alam semesta yang dapat ia
rasakan dengan panca indranya ini, siapa yang menciptakannya? Siapa
yang mengaturnya? Dan siapa yang merubah hukum alam, yang itu
kadang-kadang terjadi?
Al-Qur’an pun kemudian menerangkan
bagaimana semestinya manusia berinteraksi dengan Pencipta alam ini,
serta hubungan dia dengan alam itu sendiri dan manusia sesamanya..
Penjelasan-penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an itu semuanya bertujuan agar
manusia men-Tauhidkan Allah Ta’ala, mengabdi kepada-Nya saja dengan
semata-semata mengharap keridhaan dan rahmat-Nya…
Dalam kurun
waktu tiga belas tahun itulah, dakwah Rasulullah Saw. berkutat kepada
persoalan-persoalan tersebut, dan tidak bergeser dari hal itu. Tidak
ada pada fase ini dakwah kepada perbaikan di bidang sosial, ekonomi, dan
bidang-bidang lainnya. Tidak ada pula dalam fase ini dakwah untuk
mendirikan daulah (negara) berikut rincian sistemnya.
Para
pengusung dakwah yang mengatas namakan manhaj kenabian, hendaklah
berhenti lama-lama untuk memperhatikan hal ini, untuk kemudian meninjau
kembali metode dakwah mereka…
Sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an
yang turun di fase Makkiyah di atas, tujuan dakwah Rasulullah Saw. di
fase ini tentu adalah agar manusia mengabdi kepada Allah semata dengan
ikhlas, mengharap pahala Allah. Yang dimaksud mengabdi kepada Allah
bukanlah terbatas pada ibadah-ibadah ritual seperti yang dipahami
sebagian orang. Tapi dalam wujud ketertundukan mutlak kepada Allah dalam
semua urusan. Dalam wujud mengembalikan wewenang membuat hukum kepada
Allah semata dalam seluruh bidang kehidupan. Inilah makna syahadah Laa
ilaaha illallah. Selama tiga belas tahun Rasulullah Saw. berdakwah
dengan tujuan menancapkan akidah ini di hati masyarakat Makkah saat
itu..
Rasulullah Saw. tidak menjanjikan kepada orang-orang yang
menerima dakwah beliau selain jannah (surga). Cukup ini saja. Tidak ada
iming-iming duniawi; hidup sejahtera, jabatan, popularitas atau yang
lainnya. Dengan demikian, mereka yang beriman kepada beliau betul-betul
ikhlas mengharap pahala Allah, berupa mahligai surga di akherat kelak.
Mereka tidak mengharapkan kesejahteraan hidup, kekayaan, dan pangkat.
Mereka benar-benar berkorban untuk Allah, meski hidup miskin atau harus
kalah dan terbunuh di tangan kaum kafir..
Dakwah Rasulullah
Saw. terus berlangsung. Orang-orang yang menerima dakwah tersebut
semakin banyak. Manusia demi manusia menggabungkan diri kepada golongan
yang betul-betul berorientasi tegaknya sistem/ syari’at yang datang
dari Allah tersebut. Jumlah mereka mencapai kadar yang cukup untuk
memanggul kekuasaan. Di sisi lain, peraturan-peraturan Allah turun satu
demi satu, membentuk sistem Islam yang sempurna. Kenyataan itu mendorong
didirikannya pemerintahan Islam. Sebab, tanpa itu, sistem Islam tidak
akan bisa berdaulat di muka bumi..
Maka berdirilah pemerintahan
Islam di kota Madinah. Karena pemerintahan ini dibangun agar sistem
Islam bisa berdaulat di muka bumi, maka fungsi utama negara ini adalah
menjaga hukum-hukum Allah, sehingga tetap tegak. Belum ada saat itu
fasilitas-fasilitas kesejahteraan rakyat, sebagaimana yang dituntut
masyarakat jahiliyyah saat ini terhadap para penguasa mereka. Bahkan,
sebagaimana diceritakan dalam banyak hadits, banyak rakyat Madinah yang
bergelimang dalam kemiskinan, sampai ada di antara mereka ingin
menjadikan pakaian yang melekat di tubuhnya untuk mahar pernikahannya,
karena tidak punya harta selain itu.
Tapi rakyat Daulah Madinah
cukup bahagia dengan tegaknya syari’at di muka bumi. Orientasi mereka
bukan kesejahteraan duniawi. Orientasi mereka adalah akherat, surga,
keridhaan dan rahmat Allah, yang itu hanya dapat diraih dengan mematuhi
perintah-perintah-Nya. Mereka tidak pernah mengkritik, berdemo, atau
menuntut penguasa untuk mensejahterakan hidup mereka. Yang penting bagi
mereka adalah bagaimana syari’at bisa tegak di muka bumi. Pernah ada
beberapa orang miskin berdemo kepada Rasulullah Saw. sebagai kepala
negara. Tapi apa yang mereka keluhkan? Ternyata bukan kemiskinan mereka,
bukan kesulitan hidup mereka. Mereka mengeluh karena mereka tidak bisa
berbuat baik dengan cara berzakat, sebagaimana orang-orang kaya..
Dari sini, orang-orang yang berjuang menegakkan daulah Islam atau
khilafah perlu merenung sejenak. Kalau masyarakat diajak menegakkan
khilafah dengan iming-iming keduniaan, hidup sejahtera misalnya, mereka
akan kecewa bahkan memusuhi daulah Islam jika kenyataannya seperti
Daulah Islam Madinah yang saat itu tidak bisa mensejahterakan banyak
warganya. Karena orientasi mereka adalah dunia, hidup sejahtera.
Sebaliknya, jika masyarakat diajak menegakkan daulah atau khilafah
karena dengan itu syari’at Allah bisa tegak atau sistem Islam berdaulat,
dan mereka tidak diberi janji apapun selain surga, maka hanya
orang-orang yang orientasinya akherat saja yang menerima dakwah
termasuk. Namun mereka adalah cikal bakal masyarakat seperti masyarakat
Madinah yang diberkahi Allah..
Benar, kesejahteraan hidup
adalah sesuatu yang pasti ada jika khilafah tegak, sebagaimana yang
dipahami dari Al-Qur’an . Tapi itu bukan tujuan. Bukan pula hal yang
langsung ada begitu daulah Islam tegak. Ada beberapa faktor yang menjadi
syarat agar kesejahteraan itu menjadi kenyataan. Dalam sejarah
khilafah, ada beberapa masa di mana khilafah tidak bisa mensejahterakan
rakyatnya. Pada awal-awal berdiri daulah Islam di masa Rasulullah Saw.
sendiri, sebagaimana disebutkan di atas, banyak warga hidup bergelimang
kemiskinan dan kesulitan mencari makan..
Apa yang disebutkan di
atas bukan untuk menafikan tugas khilafah untuk mensejahterakan
rakyatnya. Tapi semata-mata persoalan orientasi perjuangan, serta tujuan
utama dari penegakan daulah Islam…
Dari uraian ringkas di
atas, dapat disimpulkan bahwa sejak awal berdakwah sampai berdirinya
daulah Islam di Madinah, Rasulullah Saw. tidak membuat para shahabat
berorientasi dunia. Beliau hanya menjanjikan mereka surga, sehingga
mereka tidak akan menjadi sosok-sosok yang mengharapkan harta, jabatan,
hidup sejahtera, dan unsur-unsur dunia lainnya dari perjuangan fi
sabilillah yang mereka jalani. Harapan mereka hanya satu: keridhaan dan
rahmat Allah.
Wallahu a’lam.