Jangan mudah percaya dengan
kesaksian para pendeta atau penginjil yang mengaku mantan kiyai atau
ustadz. Karena mimbar kesaksian rohani di gereja sering melahirkan para
penginjil yang nekad dalam berdusta.
Contohnya adalah kesaksian Pendeta Yosua
Muhammad Yasin dalam VCD kesaksian rohani kristiani bertajuk “Kesaksian
Tiga Mantan Muslim.” Dalam ceramah kesaksian di Gereja Mawar Saron itu,
pria paruh baya kelahiran Citayam Bogor ini mengumbar kesaksian yang
fantastis. Ia mengaku sebagai mantan muslim garis keras yang dibesarkan
di lingkungan pesantren.
“Nama saya Yosua Muhammad Yasin. Yosua
adalah nama baptisan saya dibaptis di Gereja Tiberias pada tanggal 24
Mei 2000. Sedangkan Muhammad Yasin adalah nama kelahiran saya. Karena
latar belakang daripada keluarga saya, ayah saya seorang kiyai, ibu saya
seorang ustadzah, dan saya seorang ustadz, mantan guru agama Islam yang
sekarang alhamdulillah jadi hamba Tuhan. Amin,” kata Yosua dalam VCD
itu.
Pendeta yang mengaku alumnus fakultas
dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengklaim memiliki
pesantren dengan santri berjumlah lebih dari seratus orang. Konon, di
pesantren ia mengajar Nahwu dan Sharaf tiap hari
Minggu. Ia juga mengaku memiliki Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Atfal
yang bernaung di bawah Departemen Agama. Selanjutnya, Pendeta Yosua
menceritakan bahwa dirinya memiliki jam terbang yang tinggi sebagai
ustadz, antara lain pernah diundang menyampaikan ceramah agama dalam
peletakan batu pertama pesantren Tebu Ireng (Jombang-Jatim?).
Sebagai ustadz garis keras, aku Yosua,
dirinya pernah membakar tiga gereja, setelah membakar gereja bersembunyi
di Bandung karena takut ditangkap aparat keamanan. Aksi ini dilakukan
karena ketika masih beragama Islam, ia sangat membenci orang Kristen.
Karena ia dididik keras oleh orang tua di sekolah Ibtida’iyah (SD),
Tsanawiyah (SMP), Aliyah (SMA) sampai dengan kuliah di perguruan tinggi
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Inilah cuplikannya:
“Kenapa saya sangat membenci orang Kristen? Karena ada ayat Al-Qur'an yang menyatakan: Innaa dinnaa indallohi islam. “Agama yang paling sempurna yaitu agama Islam.”
Dulu saya sangat ingin mengislamkan
pendeta. Saya datangi rumah pendeta satu persatu. Tujuh belas pendeta
saya datangi satu persatu. Saya ingin mengislamkan pendeta dengan dalil
Al-Qur'an “innaa dinnaa indallohi islam.
Ternyata tak satu orang pendeta pun
yang masuk Islam. Padahal kalau mau mengislamkan pendeta saya punya
amalan Asmaul Husna. Tapi para pendeta itu diamalin dengan Asmaul Husna
kok gak mempan. Tidak berhasil.”
Sejak
itu, Yosua sering mimpi melihat cahaya putih dengan suara “Akulah jalan
dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku.”
Maka nas dalam mimpi itu dicarinya dalam
Al-Qur'an tidak ketemu. Lalu ia shalat istikharah tiap jam 2 malam, tapi
tidak dapat menemukan jawaban juga. Satu bulan kemudian, mimpinya
terjawab ketika ia mendatangi gereja. Pada suatu minggu, usai mengimami
shalat shubuh dan mengajar ngaji di pesantren, ia pergi ke gereja. Ia
mendapat hadiah Alkitab (Bibel) dari seorang pendeta. Ternyata ayat yang
ada dalam mimpinya itu adalah Injil Yohanes 14:6. Yosua pun masuk
Kristen.
Pada menit ke-27 penginjil Yosua ingin meyakinkan jemaat gereja bahwa Al-Qur'an pun mengakui kewibawaan Alkitab (Bibel).
“Surat Ali Imran ayat 63 juz yang kedua
puluh lima. “ya ayyuhalladina amanu id qola rosulullah sholllallohu
alaihi wasallam kitabulloh. “Hai orang-orang yang beriman, pelajari
Alkitab jika kamu ingin hidupmu dikaruniakan rahmat.” kata Yosua dengan
suara berapi-api.
Anehnya, jemaat Gereja Mawar Sharon
berulang kali memberikan aplaus ketika Pendeta Yosua menghina Islam.
Mungkin mereka tak sadar kalau sedang dikibulin dengan kesaksian dusta yang sangat mencolok. Inilah beberapa kebohongannya antara lain sbb:
Pertama, beberapa kali Yosua melafalkan Al-Qur'an surat Ali Imran 19 secara salah: “Innaa dinnaa indallohi islam,” padahal yang benar adalah “Innad-diina ‘Indallohil-islaam.”
Terjemahannya pun menyimpang jauh dari terjemah yang benar dan sah:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
Dengan kesalahan baca, nahwu, sharaf dan
penerjemahan yang sangat fatal seperti itu, lebih tepat bila
disimpulkan bahwa Yosua adalah orang yang tidak tamat di Taman
Pendidikan Al-Qur'an yang para santrinya adalah anak-anak TK.
Kedua, pengakuan
Yosua bahwa dirinya pernah diundang menyampaikan ceramah agama dalam
peletakan batu pertama pesantren Tebu Ireng Jombang pun mengada-ada.
Karena pesantren termasyhur di Jawa Timur ini sudah didirikan jauh
sebelum Yosua lahir. Semua orang pesantren tahu, Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang didirikan pada 3 Agustus 1899, dirintis oleh KH Hasyim
Asy’ari.
Ketiga, Yosua
terang-terangan berdusta lagi ketika menyebutkan bahwa surat Ali Imran
mendorong umat Islam untuk membenci Kristen. Ayat “Innad-diina
‘Indallohil-islaam,” ini sama sekali tidak menyuruh membenci Kristen,
melainkan pernyataan tegas bahwa Islamlah satu-satunya agama yang
diridhai Allah. Ayat mulia dalam Al-Qur'an ini tak dimiliki oleh orang
Kristen. Tak ada dalam Bibel pernyataan bahwa Kristen adalah agama yang
paling diridhai Yesus.
Keempat, pernyataan Yosua bahwa dalam Islam ada amalan Asmaul Husna untuk mengislamkan pendeta, adalah mimpi di siang bolong.
Asmaul Husna bukanlah amalan untuk
menyerang orang kafir semisal pendeta, melainkan nama-nama Allah yang
baik, yang diamalkan untuk menyebut dan asma Allah ketika berdoa.
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna,
maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap
apa yang telah mereka kerjakan” (Qs Al-A’raf 180).
Kelima, kebodohan
dan kebohongan Pendeta Yosua semakin nyata pada menit ke-27, di mana ia
menyebut Al-Qur'an surat Ali Imran adalah juz yang ke-25. Inilah igauan
orang sama sekali buta Al-Qur'an. Padahal santri TPQ saja tahu kalau
surat Ali Imran bukan bukan juz ke-25, tapi juz ke-3.
Keenam, Pendeta Yosua menjadi jahil murakkab (dungu kuadrat), ketika menyebut surat Ali Imran ayat 63 berbunyi: “ya ayyuhalladina amanu id qola rosulullah sholllallohu alaihi wasallam kitabulloh,”
yang diterjemahkan “Hai orang-orang yang beriman, pelajari Alkitab jika
kamu ingin hidupmu dikaruniakan rahmat.” Padahal semua orang tahu
bahwa surat Ali Imran 63 berbunyi: “Kemudian jika mereka berpaling (dari
kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang
berbuat kerusakan.”
Dan nas Arab yang dibacanya pun tidak
bisa dimengerti apalagi diterjemahkan, karena tidak ada kata kerjanya
(fi’il). Maka terjemahannya pun jauh mengada-ada dari nas Arab yang
dibacanya. [voa-islam.com/timfakta, sabili]
_________________________________________________________________________
Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka
(sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak
menyadarinya.(Qs Al-Imran [3] : 69)
Maha Benar Allah Dari Segala Firmannya.