Al Quran menyatakan tentang penyangkalan kenabian Muhammad SAW oleh orang Nasrani dan Yahudi.
QS.2-Al Baqarah ayat 146
“Orang-orang yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui”.
QS.61- Ass Shaff ayat 6
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.
Dalam Al Baqarah ayat 146 disebutkan bahwa ahli kitab Nasrani dan Yahudi mengenal Muhammad seperti mengenal anak-anaknya sendiri, artinya bahwa ramalan kedatangan Muhammad SAW sudah jelas tertulis dalam Taurat dan Injil, lengkap dengan cirri-ciri fisiknya sehingga mereka akan mengenalinya seperti mengenali anaknya sendiri.
Bukti –bukti Sejarah
Dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 150 disebutkan sebagai berikut.
Ibnu Ishaq berkata, “…Kemudian Bahaira melihat punggung Rasulullah SAW, dan ia melihat tanda kenabian ada di antara kedua punggung persis seperti sifat beliau yang ia ketahui.” Ibnu Hisyam berkata, “Tanda kenabian tersebut seperti bekas bekam.”
Sedangkan dalam hadist lain disebutkan tanda kenabiannya berbentuk bercak-bercak tahi lalat.
Hadist Sahih Muslim Vol 4 No. 5793 Aku melihat Rasulullah SAW dan makan roti dan daging bersamanya, … Aku lalu berjalan di belakangnya dan kulihat tanda kenabian di antara kedua punggungnya agak ke kiri yang tampak seperti bercak-bercak tahi lalat.”
Riwayat Buhaira sang Pendeta Nasrani jelas-jelas menjelaskan bahwa tanda tersebut merupakan tanda kenabian, karena konteks ceritanya si Buhaira memang menemukan ciri-ciri kenabian pada Rasulullah berdasarkan referensi yang dia telah miliki, sedangkan riwayat yag lain menyatakan kesaksian periwayatnya melihat tanda kenabian secara langsung:
“Di Bushra ada tempat pertapaan rahib. Tempat itu tidak pernah sepi dari rahib yag sedang belajar dan mengajarkan ilmu tentang agama Nashrani yang terdapat dalam kitab-kitab yag mereka wariskan dari generasi ke generasi. Rahib yang ada saat itu adalah Buhaira. Melihat awan yang selalu menaungi rombongan dagang itu, Buhaira mengundang rombongan itu makan. Buhaira melihat awan menaungi pohon tempat Muhammad saw berteduh. Pada saat rombongan itu menikmati makanan, Buhaira mengamati fisik dan gerak-gerik Muhammad saw.
Akhirnya Bukhaira menemukan sifat-sifat nabi pada putra Abdullah dan cucu Abdul Muththalib itu. Maka mulailah Buhaira bertanya kepadanya tentang keadaan tidurnya, gerak-geriknya dan kejadian-kejadian yang pernah dialaminya. Semua jawaban Rasulullah saw sesuai dengan sifat-sifat yag diketahui Buhaira dari kitabnya. Kemudian Buhaira membuka punggung Rasulullah saw lalu dia melihat stempel kenabian ada di antara dua pundaknya. Ini juga persis dengan sifat yang diketahui dari kitabnya”.
Pertanyaan logisnya adalah :“Darimana Buhaira mendapat informasi tentang tanda-tanda kenabian tersebut?” Tentulah Buhaira memiliki referensi tentang itu pada sebagian naskah-naskah kuno yang ada pada tangannya saat itu. Dan, sangat mungkin, referensi yang dimiliki oleh Buhaira yang memuat tanda fisik NABI yang akan datang ada kesamaannya dengan kalimat yang terdapat pada NASKAH Gulungan Laut Mati tersebut. Allahuakbar, ternyata Allah telah mulai membuka tabir yang menutup cela kebenaran, akibat kedholiman hamba-Nya yang telah melakukan sikap aniaya pada dirinya sendiri. Dengan tabir yang terbuka ini, kemungkinan ada kehendak Allah, agar dunia mau menyadari kesalahannya yang menghilangkan fakta sejarah.
Berdasarkan fakta sejarah, orang Yahudi dan Kristen di sekitar zaman kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. masih menunggu-nunggu kedatangan seorang Nabi.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w. telah berumur empat puluh tahun dan ia sedang berada digua Hirak, datang kepadanya seorang malaikat yang menyatakan bahwa ia adalah malaikat Jibrail dan Muhammad adalah Rasul Allah. Lalu kepada Nabi Muhammad s.a.w. disampaikannya wahyu Al-Quran yang mula-mula.
Sesudah kejadian itu, ia kembali ke rumahnya dengan gemetar dan ketakutan. Khadijah, isterinya, lalu membawanya kepada seorang laki-laki yang telah tua, anak saudara bapaknya yang bernama Waraqah anak Naufal yang beragama Kristen dan pandai menulis Injil dalam bahasa Ibrani. Warqah menerangkan bahwa yang datang kepada Muhammad s.a.w. itu adalah utusan Tuhan yang telah pernah datang kepada Nabi Musa dahulu dan ia adalah Nabi bagi umat ini.
Disini Waraqah sebagai seorang alim Kristen mengakui bahwa masih ada seorang Nabi yang diutus Tuhan pada masa itu.
Pada ketika Nabi Muhammad s.a.w. sedang tinggal di Mekkah, ia dan kaum muslimin pernah dibekot oleh orang-orang kafir penduduk Mekkah tiga tahun lamanya, sampai mereka memakan daun-daun kayu karena ketiadaan makanan. Selama pembekotan tersebut, Nabi Muhammad s.a.w. menyuruh sahabat-sahabatnya mengungsi ke negeri Ethiopia di Afrika untuk meringankan penderitaan mereka. Delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas orang perempuan telah berangkat dengan dikepalai oleh Jafar, anak Abu Tahlib. Disana mereka diterima dengan baik oleh Negus, raja Ethiopia.
Pada tahun yang ketujuh hijrah, Nabi Muhammad s.a.w. mengirim surat kepada Negus tersebut mengajaknya memeluk Islam. Di Ethiopia surat itu disampaikan oleh Jafar kepada Negus. Ketika surat itu diterimanya ia berkata: “Aku menjadi saksikepada Allah bahwa sesungguhnya dialah Nabi yang ditunggu-tunggu Ahli Kitab”. Lalu ia menulis jawaban surat Nabi itu, antara lain katanya: “Saya mengakui bahwa tuan utusan Allah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya saya telah berbaiat kepada tuan dan telah berbaiat kepada anak saudara bapak tuan (yaitu Jafar anak Abu Thalib). Dan saya telah memeluk agama Islam dihadapannya karena Allah Tuhan semesta alam”. Negus ini sebelum memeluk agama Islam adalah seorang yang beragama Kristen. Dalam keterangannya diatas ia mengakui bahwa Nabi Muhammad s.a.w. adalah Nabi yang ditunggu-tunggu orang Yahudi dan Kristen.
Pada musim haji pada tahun kesebelas dari pada Nabi Muhammad s.a.w. menjadi Rasul banyak orang Arab datang berkunjung ke negeri Mekkah, diantaranya enam orang penduduk Medinah. Mereka itu acap kali mendengar orang-orang Yahudi yang tinggal disekeliling kota Medinah itu mengatakan, bahwa seorang Nabi akan datang pada masa itu.
Manakala mereka berjumpa dengan Nabi Muhammad s.a.w. dan mendengar pengajarannya, teringatlah mereka kepada ucapan orang-orang Yahudi yang selalu diucapkannya di Medinah. Mereka lalu berbicara sesamanya: “Sebenarnya inilah Nabi yang selalu disebut-sebut orang Yahudi itu. Maka janganlah mereka mendahului kamu mengikutnya”. Mereka lalu beriman dan kembali ke negeri Medinah menjadi penyiar Islam.
Pada tahun kedua belas datang dua belas orang lagi, semuanya beriman juga. Dan pada tahun ketiga belas datang pula tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan, semuanya lalu masuk Islam. Dengan perantaraan penduduk Medinah yang masuk Islam itu agama Islam telah tersiar dengan seluas-luasnya sehingga meratai tiap-tiap rumah di negeri Medinah itu.
Diatas telah disebutkan bahwa orang-orang Yahudi di sekitar kota Medinah itu masih menunggu-nunggu kedatangan seorang Nabi pada masa itu. Dan perkataannya itu selalu disebut-sebut mereka sehingga orang-orang Arab penduduk Medinah itu mengetahuinya juga. Dan hal itu juga adalah satu diantara sebab yang mendorong mereka lekas-lekas memeluk agama Islam supaya jangan didahului oleh orang-orang Yahudi yang menjadi musuh mereka.
Pada tahun ketujuh hijrah Nabi s.a.w. mengirim surat kepada raja-raja yang ada pada waktu itu untuk mengajak mereka memeluk Islam. Antara lain Nabi Muhammad s.a.w. telah mengirim surat kepada Maqauqas pembesasr Kibti di Mesir. Pembesar tersebut telah membalas surat Nabi itu sebagai berikut:
“Kepada Muhammad anak Abdullah, dari Maqauqas, pembesar Kibti. Salam kepada tuan. Kemudian itu saja telah membaca surat tuan dan telah memahami apa yang tuan sebutkan didalamnya dan apa yang tuan ajak. Dan sebenarnya saya mengetahui bahwa seorang Nabi masih ada lagi. Saya menduganya bahwa ia keluar di Syam (Syria). Saya telah menghormati utusan tuan”.
Maqauqas ini seorang pembesar yang beragama Kristen. Walaupun ia tidak memeluk Islam, tetapi dalam suratnya itu ia mengakui bahwa masih ada seorang Nabi yang akan datang lagi.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w. telah berhijrah ke Medinah, tidak berapa hari antaranya ia didatangi oleh seorang pendeta besar Yahudi, bernama Abdullah bin Salam. Setelah pendeta itu bertemu dengan Nabi, ia lalu menanyai Nabi beberapa hal. Jawaban nabi itu meyakinkan kepadanya bahwa Nabi adalah Rasul Allah. Sebab itu ia lalu masuk Islam. Katanya kepada Nabi: “Saya menyaksikan bahwa tuan adalah Rasul Allah dan tuan datang membawa kebenaran. Orang Yahudi mengetahui bahwa saya adalah penghulu orang Yahudi dan anak penghulu mereka. Dan saya seorang alim mereka dan anak dari seorang yang teralim diantara mereka. Harap tuan tanyakan kepada mereka siapa saja, sebelum mereka mengetahui bahwa saya telah Islam. Karena jika mereka nanti mengetahui saya telah Islam, akan bermacam-macam perkataan mereka mengenai saya.”
Nabi lalu memanggil orang-orang Yahudi. Mereka datang. Dan Abdullah bin Salam bersembunyi. Nabi meminta kepada mereka takut kepada Allah. Dan Nabi mengatakan dengan sumpah bahwa mereka mengetahui Muhammad s.a.w. adalah sebenarnya Rasul Allah kepada mereka yang membawa kebenaran. Lalu orang-orang Yahudi menjawab: “Kami tidak mengetahui hal ini”. Lalu Rasul bertanya: “Bagaimana kedudukan Abdullah bin Salam pada kamu?” Semua mereka menjawab: “Dia penghulu kami dan anak penghulu kami. Dia orang yang amat alim pada kami dan anak orang yang amat alim pada kami”. Maka kata Nabi: “Bagaimana jika ia telah Islam?” Jawab mereka: “Ia tidak akan mau masuk Islam. Tiga kali Nabi mengatakan, bagaimana jika ia telah masuk Islam. Mereka menjawab tiga kali juga mengatakan jauh sekalilah jika ia mau masuk Islam.
Nabi s.a.w. lalu menyuruh Abdullah bin Salam keluar dari tempat persembunyiannya. Iapun keluar lalu berpidato dihadapan orang-orang Yahudi itu mengajak mereka masuk Islam. Katanya: “Hai kaum Yahudi, takutlah kamu kepada Allah, Demi Allah, yang tidak ada Tuhan selain dari padaNya, dialah Rasul Allah yang kamu ketahui itu. Dia telah datang membawa kebenaran”.
Mendengar keterangan Abdullah bin Salam yang selama ini mereka hormati, mereka lalu berkata kepadanya: “Tuan telah berdusta: Nabi s.a.w. lalu menyuruh orang-orang Yahudi itu keluar.
Demikianlah riwayat Abdullah bin Salam, seorang alim Yahudi yang telah memeluk Islam. Ia telah menjadi saksi bahwa orang-orang Yahudi mengetahui Nabi Muhammad s.a.w. itu benar, tetapi mereka tidak hendak mengakuinya.
Dalam kisah Salman Farisi yang datang dari Persi (Iran) mencari Nabi Muhammad s.a.w. dan seterusnya memeluk agama Islam, telah dinyatakan bahwa seorang pemuka agama Kristen memesankan kepadanya agar pergi mencari Nabi itu. Antara lain kata pemuka Kristen itu: “Hai anakku, tidak ada lagi saya ketahui sekrang seorang manusia yang seperti kita ini diantara seluruh manusia untuk tempat saya menyuruh engkau mendatanginya. Akan tetapi, sekarang telah dekat masanya seorang Nabi akan dilahirkan dengan membawa agama Ibrahim yang keluar dari tanah Arab. Tempat berhijrahnya di suatu tempat antara dua lapangan tanah yang berbatu-batu dan diatnara keduanya itu pokok-pokok kurma. Dia mau memakan pemberian, tetapi tidak mau memakan zakat. Diantara dua bahunya terdapat cap kenabian. Jika engkau sanggup peri ke negeri itu, lakukanlah”.
Demikianlah keterangan pemuka agama Kristen itu menyatakan kepada Salman Farisi bahwa seorang Nabi akan datang lagi dari tanah Arab. Akhirnya Salman sampai juga ke tempat itu bertemu dengan Nabi Muhammad s.a.w. dan memeluk Islam.
Penolakan orang Yahudi dan orang Nasrani (yang Yahudi juga) dikarenakan mereka mengharapkan bahwa nabi terakhir itu berasal dari kalangan Yahudi, sebagai umat yang paling dimuliakan Allah SWT. Ada sebuah riwayat (saya lupa dari siapa) yang menyebutkan bahwa Nabi Musa dan beberapa pengikutnya pernah melewati bukit Uhud dan ketika itu Nabi Musa berkata kepada kaumnya bahwa kelak nabi terakhir akan datang dari wilayah ini. Mendengar hal tersebut sebagian kaumnya memutuskan untuk menetap di wilayah tersebut (jazirah Arab) dengan harapan sebagai umat yang dimuliakan Allah SWT kelak salah satu keturunannya akan menjadi nabi terakhir yang dimaksud. Inilah asal muasal orang Yahudi menetap di jazirah Arab.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Nabi Muhammad Saw), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(Qs Al-Anbya [21] : 107)
(Qs Al-Anbya [21] : 107)
(Berbagai Sumber)